Apakah makna kalimah "laisa kamitslihi syaiun" ? Jawapan. Kalimah "laisa kamitslihi syaiun" adalah firman Allah didalam al Quran surah as-syura ayat 11 yg bunyinya seperti berikut : ِۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ. Arti kata laisa kamislihi syai'un adalah tidak menyerupai dia dengan sesuatu apapun, Adapun penulisan laisa bisa berubah-ubah sesuai dengan dhomir (kata gantinya), perubahan tersebut dinamakan tashrif lughowi. Berikut adalah tashrif lughowi kata laisa ِِِArtikel Pilihan: Contoh Soal Anggota Keluarga di Bahasa Indonesia

At-Tirmidzi). Dan, sejarah pun membuktikan, Aisyah tampil sebagai penuntut ilmu yang cerdas, yang senantiasa menimba hikmah langsung dari sumbernya, Nabi Saw., sang suami. Aisyah tercatat sebagai periwayat banyak hadis, paling tidak, ada 1.210 hadis yang telah disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Laisa Kamislihi Syaiun merupakan sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa Arab. Ungkapan ini berarti bahwa seseorang harus menyampaikan pesan yang diberikan kepada orang lain, seperti menyampaikan sebuah perintah atau mengirimkan sebuah surat. Ayat Laisa kamislihi adalah ayat kesebelas dari surat Asy-syura yang menceritakan tentang Allaha. Bagi sebagian orang yang tidak tahu arti dari Laisa kamislihi syaiun, mereka mengira bahwa ayat itu berarti Allah mempunya wajah alias bentuk akan tetapi, bentuk rupa Allah tidak sama dengan makhluknya Allah SWT berfirman: Qul huwal-Lâh Ahad. (Katakanlah, "Dialah Allah, Yang Maha Esa."). Perintah Qul dalam ayat ini ditujukan kepada Rasulullah saw. Apabila dikaitkan dengan sabab nuzûl -nya, perkataan itu merupakan jawaban atas pertanyaan kaum musyrik mengenai sifat Tuhan yang beliau dakwahkan.
Ada juga yang mengatakan bahwa huruf kaf berfungsi sebagai taukid dari tashbih dari kata 'mitslihi'. Dan menurut Tsa'lab, ayat itu seolah-olah berbunyi seperti ini 'laisa ka huwa syaiun', dengan menghilangkan lafadz mitslihi, sehinga dapat ditarik kesimpulan arti yaitu 'tidak ada sesuatu yang serupa dengan Dia (Allah)'.
Among many issues discussed and debated in the field of Islamic theology is the interpretation of the mutashābihāt verses and traditions. Tuan Guru 'Abd Al-Qadir Wangah, or known as Ayah Dir SCqFFGF.
  • 9xk6fdo5ls.pages.dev/65
  • 9xk6fdo5ls.pages.dev/451
  • 9xk6fdo5ls.pages.dev/360
  • 9xk6fdo5ls.pages.dev/151
  • 9xk6fdo5ls.pages.dev/213
  • 9xk6fdo5ls.pages.dev/141
  • 9xk6fdo5ls.pages.dev/428
  • 9xk6fdo5ls.pages.dev/489
  • apa arti laisa kamislihi syaiun