Gunung Bromo terkenal dengan keindahannya yang eksotis. Namun, apakah kamu tahu kalau tempat ini memiliki legenda yang sangat menarik untuk diikuti? Buat belum pernah membaca atau ingin menyimaknya ulang, langsung saja cek berikut ini, yuk!Kamu berniat untuk mengunjungi Gunung Bromo? Kalau iya, nggak ada salahnya untuk mengetahui lebih dalam tentang tempat wisata ini. Tak hanya menawarkan keindahan, tempat ini pun memiliki legenda menarik yang layak untuk disimak, lho. Kalau penasaran, kamu bisa membaca legenda asal-usul Gunung Bromo di yang juga dikenal sebagai legenda Jaka Seger dan Rara Anteng ini menceritakan tentang kesetiaan cinta sejati. Meskipun ada yang menghalangi, kalau sudah ditakdirkan bersama, pasti akan tetap bersama. Selain itu, cerita ini juga mengisahkan tentang konsekuensi sebuah hanya sinopsis ceritanya, di sini kamu juga bisa menyimak ulasan unsur instrinsik beserta fakta menariknya untuk menambah wawasan. Sudah tidak sabar ingin segera membaca legenda asal-usul Gunung Bromo? Langsung saja cek selengkapnya di bawah ini, ya! Sumber Visit Probolinggo Pada zaman dahulu kala, di sebuah pertapaan hiduplah seorang Brahmana yang bijak. Istrinya baru saja melahirkan anak pertamanya yang berjenis kelamin laki-laki. Bayi tersebut lahir dengan sehat dan memiliki tangisan yang kencang, maka dari itu diberi nama Jaka Seger. Sementara itu di tempat lain, lahirlah seorang bayi yang memiliki para cantik jelita dari sepasang suami istri. Bayi perempuan tersebut adalah titisan seorang dewa. Karena ketika lahir ia hanya diam saja dan begitu tenang, maka diberi nama Rara Anteng. Hari demi hari pun berganti, kedua bayi tersebut kemudian beranjak dewasa. Rara Anteng tumbuh menjadi seorang gadis yang begitu cantik dan disukai banyak pemuda. Namun, hatinya sudah tertambat pada sosok Jaka Seger. Perasaan tersebut nyatanya tak hanya dirasakan sepihak saja. Lelaki berparas tampan itu juga menyukainya. Kemudian, keduanya pun menjalin cinta. Datanglah Sebuah Masalah Kecantikan Roro Anteng rupanya begitu tersohor hingga beritanya terdengar oleh seorang pertapa sakti berwujud raksasa bernama Kyai Bima yang tinggal di lereng Gunung Bromo. Ia datang menemui keluarga sang gadis dan bermaksud untuk meminangnya. Kalau ditolak, ia mengancam akan menghancurkan desa. Perempuan cantik itu begitu bimbang. Ia tentu tidak bisa menerima pinangan tersebut karena mencintai kekasihnya. Namun, di satu sisi, ia juga tak mau kalau desanya dihancurkan. Sang kekasih pun tak dapat berbuat apa-apa karena Kyai Bima bukanlah tandingannya. Karena sang raksasa terus mendesak, akhirnya Rara Anteng memberikan syarat. Katanya, “Aku mau engkau membuatkanku danau di atas Gunung Bromo. Engkau harus menyelesaikannya hanya dalam waktu semalam dan sebelum ayam berkokok.” Mendengar hal tersebut, Kyai Bima hanya tertawa karena baginya itu adalah sebuah hal yang sangat mudah dilakukan. Setelah itu, ia pun bergegas untuk pergi ke tempat yang dimaksud dan mulai mengerjakan danaunya. Sang raksasa yang sakti tersebut begitu percaya diri. Dengan kekuatannya, ia pun hanya menggunakan batok atau tempurung kelapa untuk mengeruk tanah. Tanpa lelah, ia terus mengeruk dan mengeruk hingga terbentuklah lubang besar yang telah siap untuk diisi air. Menggagalkan Rencana Sang Raksasa Sumber Cerita Rakyat Nusantara Dari kejauhan, Rara Anteng mengawasinya. Saat melihat kalau danau hampir selesai dibuat, ia merasa gusar dan gelisah. Ia tak menyangka kalau pertapa sakti tersebut bisa melakukannya. “Aduh, bagaimana ini? Raksasa itu benar-benar sakti. Pasti nanti pagi danau itu sudah selesai. Bagaimana caranya agar aku dapat menggagalkannya?” katanya dalam hati. Perempuan tersebut kemudian memutar otak untuk mencari cara agar bisa menghentikannya. Ia kemudian pulang dan membangunkan warga desa. Dirinya mengajak perempuan yang lainnya untuk padi menggunakan lesung. Sementara itu, para lelaki disuruhnya untuk membakar jerami di sebelah timur supaya terlihat seperti fajar akan segera terbit. Suara lesung pun bersahut-sahutan, hal tersebut kemudian membangunkan ayam-ayam jantan milik warga. Ayam-ayam tersebut kemudian berkokok. Di tempat lain, Kyai Bima begitu terkejut mendengar suara kokokan ayam itu. Ia mengira kalau fajar memang telah tiba. Ia merasa kesal karena gagal memenuhi syarat yang berarti tak dapat menikahi Rara Anteng. Dengan penuh amarah, ia kemudian melemparkan batok yang di tangannya lalu pergi begitu saja. Batok yang dilempar tadi pun kemudian jatuh ke tanah dan membentuk sebuah gunung yang kemudian dinamai Gunung Batok. Setelah masalah tersebut selesai, Rara Anteng dapat kembali bersama dengan Jaka Seger. Pasangan yang dimabuk asmara tersebut kemudian memutuskan untuk menikah. Baca juga Kisah Jaka Tarub & Tujuh Bidadari Beserta Ulasan Menariknya Tak Kunjung Diberi Anak Sumber Harnaeni – Citra Budaya Kamu mungkin berpikir kalau cerita legenda asal-usul Gunung Bromo di atas sudah selesai, kan? Tapi tunggu dulu, karena ternyata masih ada kelanjutannya, lho. Setelah menikah, pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger kemudian mendiami sebuah kawasan yang diberi nama Tengger. Nama tempat tersebut adalah gabungan dari nama dua orang itu. Selain itu, nama itu juga bisa diartikan sebagai “tenggering budi luhur” yang berarti bermoral tinggi dan simbol perdamaian abadi. Jaka Seger menjadi pemimpin di kawasan tersebut dan hidup tenteram bersama warga yang lain. Sayangnya, kebahagiaan yang dirasakannya belumlah lengkap tanpa kehadiran seorang buah hati. Padahal, usia pernikahan mereka bisa dibilang sudah cukup lama. Lalu pada suatu hari, pasangan tersebut memutuskan untuk bersemedi di Gunung Bromo. Dengan melakukan ritual ini, mereka berharap bisa segera mendapatkan keturunan. Setelah beberapa hari bersemedi, tiba-tiba datanglah suara gaib dari dewa terdengar. Suara tersebut mengatakan bahwa permohonan pasangan itu untuk mendapatkan anak akan terkabul. Namun sebagai imbalannya, anak terakhir mereka nantinya harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo. Rara Anteng dan Jaka Seger pun tanpa pikir panjang menerima persyaratan yang diberikan. Mengenai konsekuensinya, mereka akan memikirkannya nanti. Lalu kemudian, di tengah kawah muncullah api membara yang menandakan kalau doanya akan segera dikabulkan. Janji yang Harus Ditagih Sekembalinya dari bersemedi, Rara Anteng hamil dan melahirkan seorang anak. Hal itu terjadi setiap tahun dan mereka akhirnya memiliki anak yang berjumlah 25 orang. Setelah itu, Rara tidak dapat hamil lagi. Beberapa tahun pun berlalu, pasangan tersebut hidup bahagia dengan anak-anak mereka. Si bungsu yang diberi nama Jaya Kesuma pun tumbuh menjadi anak yang tampan, cerdas dan tangkas. Hingga pada satu malam, Jaka Seger bermimpi bertemu dengan seorang dewa. Di dalam mimpi tersebut, ia ditegur sang dewa karena lupa menepati janjinya untuk menyerahkan anak bungsunya sebagai sesajen di kawah Gunung Bromo. Kalau janji tersebut tidak dipenuhi, maka desanya akan dilanda malapetaka. Pagi harinya ketika bangun, lelaki tersebut merasa begitu sedih. Meskipun sudah berjanji, ia tetap saja tidak tega untuk menyerahkan anak yang disayanginya itu. Pada awalnya, ia mengajak sang istri berunding untuk bagaimana ngatakan hal tersebut pada si bungsu. Dengan berat hati, mereka kemudian menceritakan semuanya kepada anak lelaki kesayangan tersebut. Denga bijak, Jaya Kesuma pun berlapang dada dan bersedia untuk dikorbankan ke kawah Gunung Bromo. Katanya, “Ayah dan Bunda tak perlu bersedih. Ananda akan melakukan apa saja termasuk dikorbankan demi keselamatan penduduk Tengger Ayahanda, Ibunda, serta kakak-kakak.” Dengan hati yang begitu kacau, kedua orang tuanya pun menerima keputusan si bungsu dengan lapang dada. Pada hari yang telah ditetapkan, yaitu tanggal 14 bulan Kasadha, Jaya Kesuma di antar oleh keluarga dan warga desa untuk pergi ke kawah Bromo. Sesampainya di sana, ia pun berkata, “Aku akan menceburkan diri kedalam kawah demi ketenteraman rakyat Tengger di sini. Kirimkanlah aku hasil ladang pada saat terang bulan, yaitu pada tanggal ke 14 bulan Kasadha.” Setelah itu, ia menceburkan diri ke dalam kawah dan seketika menghilang tersambar api. Sejak saat itu, acara yang disebut tradisi Kesada ini selalu dilakukan setiap tahunnya oleh masyarakat Tengger yang merupakan keturunan dari Rara Anteng dan Jaka Seger. Baca juga Kisah Asal-Usul Kesenian Populer Reog Ponorogo Beserta Ulasan Menariknya Unsur Intrinsik Cerita Legenda Asal-Usul Gunung Bromo Sumber Badan Bahasa Kemdikbud Kamu pastinya sudah membaca ringakasan legenda asal-usul Gunung Bromo di atas, kan? Gimana? Pastinya seru, dong? Nah selanjutnya di sini, kamu akan menyimak ulasan singkat mengenai unsur-unsur intrinsik yang membangun kisah tersebut. Berikut ini adalah pembahasannya 1. Tema Inti cerita atau teman dari legenda asal-usul Gunung Bromo adalah tentang janji yang harus ditepati. Seperti yang telah kamu baca, Rara Anteng mungkin bisa berbuat curang melawan Kyai Bima. Akan tetapi, ia tidak bisa mengelak dari perjanjiannya yang kedua, yaitu menyerahkan anaknya ke kawah Gunung Bromo. 2. Tokoh dan Perwatakan Dalam cerita rakyat asal-usul Gunung Bromo ini, ada beberapa tokoh yang akan diulik. Tokoh-tokoh tersebut adalah Rara Anteng, Jaka Seger, Kyai Bima, dan Jaya Kesuma. Rara Anteng adalah seorang wanita cantik yang memiliki hati dan kepribadian baik. Namun, karena Bima memaksa untuk mempersuntingnya, ia pun rela melakukan hal yang curang karena tidak mau mengkhianati kekasih hatinya, Jaka Seger. Selanjutnya, ada Jaka Seger. Ia digambarkan sebagai sosok lelaki tampan yang bertanggung jawab serta bijaksana. Meskipun begitu, ia juga manusia yang memiliki kelemahan. Ia lupa terhadap janjinya pada dewa dan terbuai dengan kebahagiaanya sendiri. Kyai Bima yang merupakan tokoh antagonis dalam cerita ini memiliki sifat yang pemaksa dan ingin menang sendiri. Rela mengancam orang lain supaya mendapatkan apa yang ia mau. Selanjutnya, Jaya Kesuma adalah seorang anak laki-laki yang bijak. Dengan lapang dada, ia mau berkorban dan menjalankan konsekuensi dari perbuatan yang dilakukan orang tuanya. 3. Latar Seperti yang telah kamu baca sebelumnya, cerita Gunung Bromo merupakan legenda dari suatu tempat, maka bisa diketahui dengan jelas di mana letaknya. Kisah ini berlatar tempat di Gunung Bromo yang berada di Provinsi Jawa Timur. Sementara itu jika ditilik lebih lanjut, di dalam cerita juga ada setting tempatnya. Beberapa di antaranya adalah desa Rara Anteng dan Jaka Seger, Gunung Bromo, dan kawasan Tengger. 4. Alur Apabila dilihat lebih lanjut, kisah legenda asal-usul Gunung Bromo ini memiliki alur maju. Ceritanya dimulai dari lahirnya Rara dan Jaka. Kemudian, mereka dewasa dan jatuh cinta. Setelah itu datanglah pertapa jahat yang merusak kebahagiaannya. Beruntung, itu semua dapat diatasi. Lalu mereka menikah dan hidup bahagia. Sayangnya, mereka tak kunjung dikaruniai buah hati. Pasangan itu pun melakukan perjanjian dan doanya untuk meminta anak dikabulkan. Kisahnya ditutup dengan mengorbankan si bungsu ke kawah Gunung Bromo untuk menggenapi perjanjian yang dibuat. 5. Pesan Moral Dari kisah legenda asal-usul Gunung Bromo tersebut, kamu dapat memetik pelajaran yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah untuk menepati janji yang kamu buat. Karena kalau tidak, itu nantinya malah akan membuat hidupmu kacau. Selanjutnya, setiap perbuatan itu ada konsekuensinya. Kalau kamu yakin bisa menanggungnya, maka lakukanlah. Kalau tidak, mungkin kamu bisa mencari alternatif lainnya. Tak hanya unsur intrinsik saja, kamu juga jangan lupa untuk memperhatikan unsur ekstrinsik yang membangun kisah legenda Gunung Bromo ini. Biasanya, unsur ekstrinsik tersebut ada kaitannya dengan latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang dikandungnya. Baca juga Kisah Si Pitung Sang Robin Hood dari Betawi Beserta Ulasannya Fakta Menarik Seputar Gunung Bromo Sumber Wikimedia Commons Mengenai kisah dan unsur instrinsik yang membangun legenda asal-usul Gunung Bromo sudah kamu baca. Selanjutnya, jangan lewatkan fakta-fakta menarik seputar tempat wisata yang satu ini. 1. Sejarah Terbentuknya Gunung Bromo Tadi, kamu sudah menyimak kisah asal-usul Gunung Bromo dari legenda, kan? Nah, kalau ditinjau dari ilmu pengetahuan, tentu ceritanya akan beda lagi. Dulu ada dua gunung saling berhimpitan yang dinamai Gunung Tengger. Gunung tersebut merupakan gunung aktif yang tertinggi dan terbesar pada waktu itu. Hingga pada suatu hari, salah satu dari gunung tersebut meletus dan materi vulkaniknya terlempar jauh sehingga membentuk lubang yang besar dan dalam. Tak lama berselang, terjadilah letusan gunung yang begitu besar sehingga terbentuk kaldera yang berdiameter lebih dari 8 km. Selanjutnya, letusan tersebut juga memunculkan beberapa gunung seperti Gunung Watangan, Gunung Kursi, Gunung Widodaren, Gunung Batok, dan Gunung Bromo serta menimbulkan lautan pasir. 2. Dijadikan Tempat Wisata Gunung Bromo terletak di empat kabupaten sekaligus, yakni Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Pasuruan, dan Malang. Gunung aktif yang memiliki ketinggian meter di atas permukaan laut tersebut merupakan salah satu destinasi wisata populer yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Kalau kamu berkunjung ke sana, kamu bisa melihat hamparan pasir dan kaldera yang memukau. Selain itu, salah satu atraksi alam yang tak boleh kamu lewatkan adalah peristiwa matahari terbit atau sunrise. Spot yang paling ciamik untuk menikmatinya adala di Puncak Pananjakan. Untuk yang suka mendaki, kamu juga bisa mendakinya sampai ke puncak gunung dengan melewati beberapa jalur. Keempat jalur tersebut adalah dari arah Pasuruan menuju Desa Tosari, lewat Desa Cemoro Lawang, dan melewati lautan pasir. Baca juga Legenda Mengenai Asal Usul Danau Toba, Fakta Menarik, dan Ulasan Lengkapnya Sudah Puas Membaca Legenda Asal-Usul Gunung Bromo dan Ulasannya? Itulah tadi kisah legenda Gunung Bromo yang bisa kamu simak di PosKata. Gimana, nih? Ceritanya menarik dan memiliki pesan positif sebagai pembelajaran dalam menjalani kehidupan, kan? Nah, buat yang masih pengin membaca cerita rakyat atau legenda dari daerah lain, kamu nggak perlu bingung-bingung lagi. Langsung saja cek artikel PosKata yang lainnya. Contohnya ada Bawang Merah Bawang Putih, Malin Kundang, Lutung Kasarung, asal mula Telaga Warna, dan lain-lain. Tunggu apa lagi? Dilanjutkan membacanya, yuk! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
Pandanganberikutnya menyatakan bahwa istilah "tengger" berasal dari kalimat. Legenda gunung bromo, asal mula tengger dan tradisi kasadha daerahkita 17/10/2020 dikisahkan pada suatu ketika seorang raja majapahit meninggalkan negerinya dan membangun sebuah dusun di lereng gunung bromo bersama beberapa orang pengikutnya yang.
Kali ini saya menulis tentang sejarah atau asal mula Gunung Bromo. Banyak wisatawan yang kurang mengetahui asal mu-asal tempat yang dikunjunginya, oleh sebab itu di sini saya memaparkan cerita rakyat menurut warga sekitar tentang asal mula Gunung Bromo. langsung aja ke cerita yuk Berdasarkan cerita sejarah dan legenda bahwasanya Gunung Bromo berasal dari nama Brahma yaitu Gunung yang dianggap Suci oleh masyarakat suku tengger. Kemudian orang jawa menyebutnya Gunung Bromo. Suku tengger adalah masyarakat asli yang berada di kawasan kaki gunung bromo semeru yang berasal dari penduduk pribumi kerajaan majapahit. Sejarah Gunung Bromo Pada zaman dahulu kala ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah sehingga penduduk pribumi kerajaan majapahit melarikan diri untuk mencari tempat tinggal baru demi keselamatan hidup mereka dan pada akhirnya mereka terpisah menjadi 2 bagian yaitu pertama menuju kawasan gunung bromo dan yang kedua menuju Pulau Bali. Karena berasal dari lokasi yang sama sehingga ke 2 tempat ini sampai sekarang mempunyai kesamaan akan budaya, agama, adat istiadat yaitu menganut kepercayaan agama Hindu. Masyarakat Suku Tengger yang ada di kawasan Gunung Bromo berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger itu. “Teng” akhiran nama Roro An-”teng” dan “ger” akhiran nama dari Joko Se-”ger” dan Gunung Bromo sendiri dipercaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai Gunung Brahma. orang Jawa kemudian menyebutnya Gunung Bromo. Itulah sejarah dan legenda terbentuknya gunung bromo purba. Asal Usul Suku Tengger Asal usul Suku Tengger berasal dari cerita rakyat atau legenda ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” .Dari sebuah pertapaan, istri seorang Brahmana / Pandhita baru saja melahirkan seorang putra yang fisiknya sangat bugar dengan tangisan yang sangat keras ketika lahir, dan karenanya bayi tersebut diberi nama ” Joko Seger “. Di tempat sekitar Gunung Pananjakan, pada waktu itu ada seorang anak perempuan yang lahir dari titisan dewa. Wajahnya cantik dan elok. Dia satu-satunya anak yang paling cantik di tempat itu. Ketika dilahirkan, anak itu tidak layaknya bayi lahir. Ia diam, tidak menangis sewaktu pertama kali menghirup udara. Bayi itu begitu tenang, lahir tanpa menangis dari rahim ibunya. Maka oleh orang tuanya, bayi itu dinamai “Rara Anteng”. Dari hari ke hari tubuh Rara Anteng tumbuh menjadi besar. Garis-garis kecantikan nampak jelas diwajahnya. Termasyurlah Rara Anteng sampai ke berbagai tempat. Banyak putera raja melamarnya. Namun pinangan itu ditolaknya, karena Rara Anteng sudah terpikat hatinya kepada Joko Seger. Suatu hari Rara Anteng dipinang oleh seorang bajak yang terkenal sakti dan kuat. Bajak tersebut terkenal sangat jahat. Rara Anteng yang terkenal halus perasaannya tidak berani menolak begitu saja kepada pelamar yang sakti. Maka ia minta supaya dibuatkan lautan di tengah-tengah gunung. Dengan permintaan yang aneh, dianggapnya pelamar sakti itu tidak akan memenuhi permintaannya. Lautan yang diminta itu harus dibuat dalam waktu satu malam, yaitu diawali saat matahari terbenam hingga selesai ketika matahari terbit. Disanggupinya permintaan Rara Anteng tersebut. Pelamar sakti tadi memulai mengerjakan lautan dengan alat sebuah tempurung batok kelapa dan pekerjaan itu hampir selesai. Melihat kenyataan demikian, hati Rara Anteng mulai gelisah. Bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dikerjakan oleh Bajak itu? Rara Anteng merenungi nasibnya, ia tidak bisa hidup bersuamikan orang yang tidak ia cintai. Kemudian ia berusaha menenangkan dirinya. Tiba-tiba timbul niat untuk menggagalkan pekerjaan Bajak itu. Rara Anteng mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan suara tumbukan dan gesekan alu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur. Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba, tetapi penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi. Bajak mendengar ayam-ayam berkokok, tetapi benang putih disebelah timur belum juga nampak. Berarti fajar datang sebelum waktunya. Sesudah itu dia merenungi nasib sialnya. Rasa kesal dan marah dicampur emosi dan pada akhirnya Tempurung Batok kelapa yang dipakai sebagai alat mengeruk pasir itu dilemparkannya dan jatuh tertelungkup di samping Gunung Bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang dinamakan Gunung Batok. Dengan kegagalan Bajak membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, suka citalah hati Rara Anteng. Ia melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, Joko Seger. Kemudian hari Rara Anteng dan Joko Seger menjadi pasangan suami istri yang bahagia, karena keduanya saling mengasihi dan mencintai. Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi. Misteri Gunung Bromo Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar karuniai keturunan. Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api. Sejarah Dan Legenda Gunung Bromo . Pada masa itu berdasarkan cerita sejarah dan legenda bahwasanya Gunung Bromo berasal dari nama Brahma yaitu Gunung yang dianggap Suci oleh masyarakat suku tengger. Kemudian orang jawa menyebutnya Gunung Bromo. Suku tengger adalah masyarakat asli yang berada di kawasan kaki gunung bromo semeru yang berasal dari penduduk pribumi kerajaan majapahit. Sejarah Dan Legenda Gunung Bromo Purba Pada zaman dahulu kala ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah sehingga penduduk pribumi kerajaan majapahit melarikan diri untuk mencari tempat tinggal baru demi keselamatan hidup mereka dan pada akhirnya mereka terpisah menjadi 2 bagian yaitu pertama menuju kawasan gunung bromo dan yang kedua menuju Pulau Bali. Karena berasal dari lokasi yang sama sehingga ke 2 tempat ini sampai sekarang mempunyai kesamaan akan budaya, agama, adat istiadat yaitu menganut kepercayaan agama Hindu. Masyarakat Suku Tengger yang ada di kawasan Gunung Bromo berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger itu. “Teng” akhiran nama Roro An-”teng” dan “ger” akhiran nama dari Joko Se-”ger” dan Gunung Bromo sendiri dipercaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai Gunung Brahma. orang Jawa kemudian menyebutnya Gunung Bromo. Itulah sejarah dan legenda terbentuknya gunung bromo purba. Cerita Asal Usul Suku Tengger. Asal usul Suku Tengger berasal dari cerita rakyat atau legenda ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” .Dari sebuah pertapaan, istri seorang Brahmana / Pandhita baru saja melahirkan seorang putra yang fisiknya sangat bugar dengan tangisan yang sangat keras ketika lahir, dan karenanya bayi tersebut diberi nama ” Joko Seger “. Di tempat sekitar Gunung Pananjakan, pada waktu itu ada seorang anak perempuan yang lahir dari titisan dewa. Wajahnya cantik dan elok. Dia satu-satunya anak yang paling cantik di tempat itu. Ketika dilahirkan, anak itu tidak layaknya bayi lahir. Ia diam, tidak menangis sewaktu pertama kali menghirup udara. Bayi itu begitu tenang, lahir tanpa menangis dari rahim ibunya. Maka oleh orang tuanya, bayi itu dinamai “Rara Anteng”. Dari hari ke hari tubuh Rara Anteng tumbuh menjadi besar. Garis-garis kecantikan nampak jelas diwajahnya. Termasyurlah Rara Anteng sampai ke berbagai tempat. Banyak putera raja melamarnya. Namun pinangan itu ditolaknya, karena Rara Anteng sudah terpikat hatinya kepada Joko Seger. Suatu hari Rara Anteng dipinang oleh seorang bajak yang terkenal sakti dan kuat. Bajak tersebut terkenal sangat jahat. Rara Anteng yang terkenal halus perasaannya tidak berani menolak begitu saja kepada pelamar yang sakti. Maka ia minta supaya dibuatkan lautan di tengah-tengah gunung. Dengan permintaan yang aneh, dianggapnya pelamar sakti itu tidak akan memenuhi permintaannya. Lautan yang diminta itu harus dibuat dalam waktu satu malam, yaitu diawali saat matahari terbenam hingga selesai ketika matahari terbit. Disanggupinya permintaan Rara Anteng tersebut. Pelamar sakti tadi memulai mengerjakan lautan dengan alat sebuah tempurung batok kelapa dan pekerjaan itu hampir selesai. Melihat kenyataan demikian, hati Rara Anteng mulai gelisah. Bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dikerjakan oleh Bajak itu? Rara Anteng merenungi nasibnya, ia tidak bisa hidup bersuamikan orang yang tidak ia cintai. Kemudian ia berusaha menenangkan dirinya. Tiba-tiba timbul niat untuk menggagalkan pekerjaan Bajak itu. Rara Anteng mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan suara tumbukan dan gesekan alu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur. Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba, tetapi penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi. Bajak mendengar ayam-ayam berkokok, tetapi benang putih disebelah timur belum juga nampak. Berarti fajar datang sebelum waktunya. Sesudah itu dia merenungi nasib sialnya. Rasa kesal dan marah dicampur emosi dan pada akhirnya Tempurung Batok kelapa yang dipakai sebagai alat mengeruk pasir itu dilemparkannya dan jatuh tertelungkup di samping Gunung Bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang dinamakan Gunung Batok. Dengan kegagalan Bajak membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, suka citalah hati Rara Anteng. Ia melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, Joko Seger. Kemudian hari Rara Anteng dan Joko Seger menjadi pasangan suami istri yang bahagia, karena keduanya saling mengasihi dan mencintai. Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi. Misteri Gunung Bromo Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar karuniai keturunan. Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api. Kusuma anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah Bromo, bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib ”Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji yang berupa hasil bumi dan di persambahkan kepada Hyang Widi asa di kawah Gunung Bromo. sampai sekarang kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo. Larangan Di Gunung Bromo Gunung Bromo begitu mempesona sehingga banyak para wisatawan dari berbagai negara tertarik untuk bisa menikmati keindahan alamnya. Namun untuk sahabat yang akan berlibur ke gunung bromo harus tahu larangan apa saja yang harus ditaati ketika pergi ke bromo. Dilarang Melangkahi Pawon Menurut kepercayaan masyarakat Tengger, seseorang dilarang melangkahi pawon. Pawon sendiri merupakan alat untuk memasak dalam budaya Suku Tengger. Jika seseorang melangkahi pawon, dia diyakini akan kehilangan jodohnya atau jodohnya akan direbut oleh orang lain. Membawa pulang batu bata dari Gunung Bromo Larangan ini juga patut sahabat ketahui karena jika tidak, itu bisa berakibat buruk pada diri sahabat. Ketika sahabat berwisata ke Gunung Bromo, jangan coba-coba membawa pulang batu bata dari tempat tersebut. Jika sahabat melakukannya, penghuni Bromo’ diyakini akan marah dan dapat membawa nasib buruk bagimu. Kencing menghadap Gunung Bromo Meski terdengar absurd, sahabat nggak boleh buang air menghadap ke arah Gunung Bromo. Hal ini dipercaya akan membawa nasib buruk bagi pelakunya, karena aktivitas itu dinilai melecehkan penghuni’ Gunung Bromo. Bertindak atau berkata kotor saat masuk Pura Datang ke Bromo belum lengkap jika belum mampir ke Pura Luhur Poten. Tapi ingat, jika sahabat ingin berkunjung ke pura ini, dilarang keras untuk melakukan tindakan ataupun bertutur yang nggak pantas. Wanita yang sedang haid dilarang masuk Pura Selain tidak diperkenankan untuk bertindak, berbicara, atau berpikir hal yang nggak pantas di dalam pura, wanita yang sedang haid juga dilarang untuk masuk ke area suci tersebut. Jadi, jika sahabat sedang dalam kondisi tersebut, sebaiknya jangan memaksakan diri untuk masuk. Begitulah Sejarah Dan Legenda Gunung Bromo ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” menjadi cerita rakyat yang membudaya bagi masyarakat suku tengger di kawasan gunung bromo. Cerita tentang Sejarah Dan Legenda Wisata Gunung Bromo dengan peran ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” sangat populer bagi wisatawan Liburan Ke Bromo. Ngomongngomong soal bromo, asal mula kenapa dinamakan bromo. Gunung bromo sendiri berasal dari bahasa sanskerta. Di ambil dari seorang dewa utama di dalam agama hindu yang bernama brahma. Dan dalam bahasa tengger di edja dengan sebutaan brama.Bromo adalah gunung berapi yang masih aktif di jawa timur Indonesia. Gunung bromo sendiri memiliki Sejarah Gunung Bromo – Gunung Bromo merupakan destinasi wisata alam yang terletak di Jawa Timur Indonesia. Kemasyuran Bromo telah menyebar ke berbagai Negara. Sangat diminati oleh kalangan wisatawan di penjuru dunia karena keindahan panorama yang sangat eksotis dan mempesona. Keunikan lainnya nya yaitu Bromo ini dikelilingi hamparan pasir yang disebut lautan pasir dengan luas sekitar hektar. Ketinggian gunung Bromo mencapai meter diatas permukaan laut, memiliki diameter kawah ±800m dari arah utara – selatan dan ±600 dari arah timur – barat. Gunung ini termasuk kategori golongan gunungberapi yang masih aktif. Gunung Bromo bisa dikatakan Gunung yang mistis atau sakral bagi penganut Agama Hindu yang tinggal di kawasan Gunung Bromo. Bagaimana tidak, nama Bromo sendiri berasal dari kata Brahma yaitu nama Dewa dengan tinggat tertinggi. Kemudian karena kentalnya logat bahasa jawa maka kata Brahma menjadi Bromo. Roro Anteng dan Joko Seger Konon asal usul atau legenda gunung Bromo yaitu ketika zaman dahulu hiduplah seorang gadis yang tercantik dan pendiam bernama Roro Anteng dan seorang remaja gagah perkasa terlihat bugar bernama Joko Seger. Mereka saling mencintai namun disisi lain ada seorang bajak yang terkenal sakti dan kuat ingin melamar Roro Anteng namun Roro Anteng sama sekali tidak mencintai orang tersebut. Karena merasa tidak enak untuk menolak karena orang tersebut sakti mandra guna, akhirnya Roro Anteng menerima lamaran Bajak sakti tersebut akan tetapi dengan satu syarat yaitu Roro Anteng ingin di buatkan lautan yang di tengahnya ada gunung dan harus dibuat dengan waktu hanya semalam dan sebelum fajar datang. Mendengar syarat tersebut di pelamar tersebut menerima permintaan tersebut. Syarat Pembuatan Lautan untuk si Bajak Sakti Roro Anteng mulai gelisah ketia si Pembajak sakti tersebut mulai mengerjakan syaratnya yaitu membuat lautan. Si pembajak tersebut mulai menimba air dari lautan ke atas gunung dengan menggunakan bathok tempurung kelapa. Ketika ditengah malam hampir selesai, Roro Anteng mencari cara agar si pembajak tersebut gagal dalam misinya. Karena Roro Anteng tidak ingin mempunyai suami si pembajak sakti tersebut, cintanya hanya kepada Joko seger. Detik demi detik akhirnya RoRo Anteng melakukan cara dengan menaruh padi di depan halaman dan memberikan kepada ayam. Seketika ayam tersebut berkokok dan mengundang ayam lain di wilayah tersebut untuk berkokok. Mendengar suara ayam tersebut si pembajak merasa geram dan marah dia megira fajar akan tiba. Walhasil karena emosi, si pembajak melempar Bathok tempurung kelapa tersebut ke gunung Bromo dan jatuh tengkurap. Akhirnya menjadi gunung Bathok dan kemudian seketika air tersebut menjadi pasir maka dinamakanlan lautan pasir. Adat Budaya dan Asal Nama Suku Tengger Bromo Akhirnya karena si bajak sakti tersebut gagal memenuhi syaratnya, al hasil Roro Anteng dan Joko Seger Resmi menikah. Dan pada zaman itu kisah tersebut sangat mahsyur di daerah tersebut. Maka nama Roro Anteng dan Joko Seger diambil akhiran belakangnya menjadi Teng dan ger atau suku Tengger. Patung Pasangan tersebut sekarang berada di Desa Sukapuran dan ada di dekat Bukit Cinta. Suku Tengger adalah suku asli masyarakat yang berada di lereng Bromo. Adapun wilayahnya meliputi Kab. Probolinggo, Kab. Pasuruan, Kab. Malang, dan Kab. Lumajang. Akan tetapi masyarakat suku tengger memiliki bahasa yang berbeda dengan bahasa Jawa. Jika di tela’ah lebih dalam bahasa Tengger menyerupai bahasa Osing dari Banyuwangi. Namun akhiran O dilafalkan menjadi A. “Siapa” = Sopo jawa = Sapa Tengger dan “Kamu” = Riko Osing = Rika Tengger Sejarah Awal Mula Perayaan Yadya Kasada di Bromo Setelah Roro Anteng dan Joko Seger menikah, keduanya tidak dikaruniai keturunan. Hingga suatu saat ada suara gaib yang mengisyaratkan Joko Seger dan Roro Anteng untuk bersemedi di bibir kawah gunung Bromo. Dan jika telah dikaruniai seorang anak, anak bungsu harus dikorbankan untuk dimasukan ke kawah Bromo. Ahirnya Roro Anteng dan Joko Seger menyanggupinya dan tak lama dikaruniai keturunan sebanyak 25 anak. Namun Roro Anteng dan Joko seger mengingkari janji tersebut sehingga terjadilah bencana besar yaitu meletusnya gunung Bromo. Kusuma anak bungsu terlalap api dan masuk kedalam kawah. Bersamaan kejadian tersebut keluar suara gaib yang berkata “Saudaraku, aku telah dikorbankan oleh orang tua dan Hyang Widhi untuk menyelamatkan kalian semua. Hiduplah dengan tentram dan sembahlah Hyang Widhi dan aku ingatkan setiap hari ke 14 Bulan Kasada kalian memberikan sebagian hasil bumi kepada Hyang Widhi di Kawah Bromo” Maka dari itu mereka diwajibkan mengikuti atau merayakan upacara adat yang biasa disebut upacara Yadya Kasada yang mana masyarakat sekitar melempar sebagian hasil bumi ke bibir kawah Bromo yang mana merupakan sesembahan kepada Dewa. Adanya upacara ini mempunyai kaitan dengan cerita legenda asal usul gunung Bromo yang menambah keunikan untuk menarik hati para wisatawan domestik maupun mancanegara. Sebagian besar masyarakat suku Tengger bermata pencaharian sebagai petani seperti menanam kentang, kol, wortel dan semacamnya serta bekerja sebagai Sewa Jeep Bromo dan sewa kuda di Bromo. Wisata Gunung Bromo Wisata Bromo adalah destinasi wisata alam yang tepat bagi para pelancong yang mencintai alam dan mengagumi keindahan alam. Mengapa kami katakan demikian, karena memiliki ciri khas tersendiri mulai dari bahsa, suku dan adat istiadat. Para pengunjung biasanya yang memesan Paket Wisata Bromo banyak dari Surabaya, Malang, Jogja dan bahkan dari Ibu kota Jakarta. Kebanyakan pengunjung wisata bromo berasal dari kota kota besar yang bosan akan keramaian sekedar ingin berwisata menikmati udara sejuk dan pemandangan panorama alam objek wisata bromo. Meskipun dikota asal mereka terdapat banyak beberapa objek wisata, liburan ke bromo adalah menjadi tujuan utamanya sebab masyarakat di bromo khususnya suku tengger terkenal dengan keramahannya sehingga para pengunjung yang datang ke bromo tidak enggan mengunjungi lagi bersama rekan ataupun keluarganyaSalahsatu keindahan di area Gunung Bromo adalah Danau Ranu Kumbolo Danau Ranu Kumbolo merupakan wisata alam di sekitar Puncak Mahameru di area Wisata Bromo, Tengger dan Semeru. Akhirnya pangeran itu menikahi Adik So 2. Asal Mula Pulau Lepar Pada zaman dahulu di sebuah terpencil di pedalaman Bangka Belitung, hiduplah seorang pemuda bernama
17/10/2020Dikisahkan pada suatu ketika seorang Raja Majapahit meninggalkan negerinya dan membangun sebuah dusun di lereng Gunung Bromo bersama beberapa orang pengikutnya yang setia, setelah kalah berperang melawan putranya sendiri. Di tempat tinggalnya yang baru itu istri sang raja kemudian melahirkan seorang bayi perempuan. Buah hati yang mereka nanti-nantikan itu lahir ke dunia di tengah malam buta. Namun berbeda dengan bayi lainnya, sang buah hati tidak menangis ketika dilahirkan. Sang istri sempat risau, tetapi mantan Raja Majapahit menenangkannya. "Jangan khawatir, Dinda!" kata mantan Raja Majapahit pada istrinya. "Putri kita ini lahir dengan keadaan sehat badannya, tidak kurang sesuatu apapun. Wajah putri kita juga tampak bersinar bagaikan seorang titisan dewi,” ujarnya kemudian sambil menimang-nimang bayinya yang mungil itu di depan istrinya. Pasangan suami-istri yang berbahagia itu pun memberi nama bayinya Roro Anteng, yang berarti seorang perempuan yang pendiam atau tenang. Nama yang mencerminkan sifat sang bayi. Di waktu yang hampir bersamaan, tidak jauh dari rumah Roro Anteng dilahirkan, juga lahir seorang bayi laki-laki dari pasangan suami-istri brahmana atau pendeta. Suara tangis bayi yang baru lahir itu sangat keras sehingga memecah kesunyian malam di lereng Gunung Bromo itu. Bayi itu tampak sehat dan montok. Oleh kedua orang tuanya, bayi itu diberi nama Joko Seger, yang berarti seorang laki-laki yang berbadan segar atau sehat. Seiring berjalannya waktu, kedua bayi itu pun tumbuh menjadi dewasa. Joko Seger tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan tampan, sedangkan Roro Anteng tumbuh menjadi gadis yang cantik nan rupawan. Berita tentang kecantikan Roro Anteng pun tersebar hingga ke mana-mana dan menjadi pujaan setiap pemuda. Sudah banyak pemuda yang datang meminangnya, namun tak satu pun yang diterimanya. Rupanya, putri mantan Raja Majapahit itu telah menjalin hubungan kasih dengan Joko Seger dan cintanya tidak akan berpaling kepada orang lain. Apalagi ayahanda Roro Anteng, walaupun dari golongan bangsawan tapi bisa menerima Joko Seger yang bukan seorang bangsawan untuk menjadi calon menantunya. Namun kemudian muncul masalah, yaitu ketika akhirnya kabar tentang kecantikan Roro Anteng sampai ke telinga sesosok raksasa yang tinggal di hutan di sekitar lereng Gunung Bromo. Raksasa yang menyerupai badak itu bernama Kyai Bima. Ia sangat sakti dan kejam. Begitu mendengar kabar tersebut, Kyai Bima pun segera datang meminang Roro Anteng. Jika keinginannya tidak dituruti, maka ia akan membinasakan dusun itu dan seluruh isinya. Hal itulah yang membuat Roro Anteng dan keluarganya kebingungan untuk menolak pinangannya. Sementara Joko Seger pun tidak dapat berbuat apa-apa karena tidak mampu menandingi kesaktian raksasa itu. Setelah sejenak berpikir keras, akhirnya Roro Anteng menemukan sebuah cara untuk menolak pinangan Kyai Bima secara halus. Dia akan mengajukan satu persyaratan yang kira-kira tidak sanggup dipenuhi oleh raksasa itu. "Baiklah, Kyai Bima! Aku akan menerima pinanganmu, tapi kamu harus memenuhi satu syarat," ujar Roro Anteng. "Apakah syarat itu! Cepat katakan!" seru Kyai Bima dengan nada membentak. Mendengar seruan itu, Roro Anteng menjadi gugup. Namun, ia berusaha tetap bersikap tenang untuk menghilangkan rasa gugupnya. "Buatkan aku danau di atas Gunung Bromo itu! Jika kamu sanggup menyelesaikannya dalam waktu semalam, aku akan menerima pinanganmu," ujar Roro Anteng. Dengan penuh percaya diri dan berbekal kesaktian yang dimilikinya, Kyai Bima menyanggupi persyaratan itu dan menganggap bahwa persyaratan itu sangatlah mudah baginya. "Hanya itukah permintaanmu, wahai Roro Anteng?" tanya raksasa itu dengan nada angkuh. "Iya, hanya itu. Tapi ingat, danau itu harus selesai sebelum ayam berkokok!" seru Roro Anteng mengingatkan raksasa itu. Mendengar jawaban Roro Anteng, raksasa itu tertawa terbahak-bahak, lalu bergegas pergi ke puncak Gunung Bromo. Setibanya di sana, ia pun mulai mengeruk tanah dengan menggunakan batok tempurung kelapa yang sangat besar. Hanya beberapa kali kerukan, ia telah berhasil membuat lubang besar. Ia terus mengeruk tanah di atas gunung itu tanpa mengenal lelah. Roro Anteng pun mulai cemas. Ketika hari menjelang pagi, pembuatan danau itu hampir selesai, tinggal beberapa kali kerukan lagi. "Aduh, celakalah aku!" ucap Roro Anteng cemas, "raksasa itu benar-benar sakti. Apa yang harus kulakukan untuk menghentikan pekerjaannya?" Roro Anteng kembali berpikir keras. Akhirnya ia memutuskan untuk membangunkan seluruh keluarga dan tetangganya. Kaum laki-laki diperintahkan untuk membakar jerami, sedangkan kaum perempuan diperintahkan untuk menumbuk padi. Tak berapa lama kemudian, cahaya kemerah-merahan pun mulai tampak dari arah timur. Suara lesung terdengar bertalu-talu, dan kemudian disusul suara ayam jantan berkokok bersahut-sahutan. Mengetahui tanda-tanda datangnya waktu pagi tersebut, Kyai Bima tersentak kaget dan segera menghentikan pekerjaannya membuat danau yang sudah hampir selesai itu. "Sungguh sial!" seru raksasa itu dengan kesal, "rupanya hari sudah pagi. Aku gagal mempersunting Roro Anteng." Saat Kyai Bima meninggalkan puncak Gunung Bromo, tempurung kelapa yang masih dipegangnya segera dilemparkannya. Konon, tempurung kelapa itu jatuh tertelungkup dan kemudian menjelma menjadi sebuah gunung yang dinamakan Gunung Batok. Jalan yang dilalui raksasa itu menjadi sebuah sungai dan hingga kini masih terlihat di hutan pasir Gunung Batok. Sementara danau yang gagal dibuat oleh Kyai Bima sekarang dikenal dengan sebutan Segara Wedi atau lautan pasir yang masih bisa dikunjungi hingga kini di kawasan Gunung Bromo. Betapa senangnya hati Roro Anteng dan keluarganya melihat raksasa itu pergi. Tak berapa lama kemudian, Roro Anteng pun menikah dengan Joko Seger. Setelah itu, Joko Seger dan Roro Anteng membuka desa baru yang diberi nama Tengger. Nama desa itu diambil dari gabungan akhiran nama Anteng Teng dan Seger Ger. Mereka pun hidup berbahagia di sana. Di bawah kepemimpinan Joko Seger dan Roro Anteng, para penduduk hidup aman dan tenteram. Mereka menjauhi pengaruh luar. Namun, setelah sekian lama menikah, mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Akhirnya, keduanya bersemedi di puncak Gunung Bromo. Mereka meminta kepada Dewata agar dikaruniai keturunan. Tidak lama kemudian terdengar suara gemuruh dan percikan api yang berasal dari dalam kepundan Gunung Bromo. "Istriku, dengarlah! Sepertinya Dewata mengabulkan permohonan kita. Terima kasih Dewata Yang Agung. Kelak anak bungsuku akan kupersembahkan untukmu sebagai ucapan terima kasihku," ucap Joko Tengger dengan senang hati. Karena terlalu senang, ucapan janji yang dikatakanya tidak dipikirkannya terlebih dahulu. Joko Seger yang terlalu gegabah tidak menyadari bahwa janjinya akan sulit dipenuhi. "Suamiku, apa yang kau ucapkan? Kita tidak akan mungkin tega mengorbankan anak kandung kita untuk dijadikan persembahan!" "Maafkan aku. Karena terlalu senang, aku tidak berpikir jernih ketika mengucapkannya. Tapi aku juga tidak bisa menarik kembali kata-kataku kepada Dewata. Dewata bisa marah kepada kita," katanya kembali. Tahun berganti tahun, keinginan Joko Seger dan Roro Anteng terkabul. Mereka akhirnya dikaruniai sepuluh orang anak. Setelah anak yang ke sepuluh, mereka tidak lagi dikaruniai anak. Oleh karena itu, anak ke sepuluh tersebut dianggap sebagai anak yang paling bungsu. Anak itu bernama Kesuma. Setelah sekian lama, anak-anak mereka tumbuh dewasa. Joko Seger dan Roro Anteng belum juga melaksanakan janji yang pernah diucapkan. Hidup mereka menjadi tidak tenang. Suatu hari, muncul peristiwa dahsyat yang mengejutkan seluruh penduduk Tengger. Gunung Bromo yang dikeramatkan meletus. Gunung tersebut mengeluarkan asap hitam dan lahar. Penduduk Tengger panik dan segera mengungsi. Hanya Joko Tengger dan keluarganya yang tetap bertahan di daerah itu. Meskipun mereka menyadari bahaya yang dapat menimpa, mereka mencoba bertahan. "Istriku, sepertinya Dewata benar-benar menagih janji kita," ucap Joko Seger lirih. Kegundahan suami istri itu menimbulkan pertanyaan dari anak-anak mereka. "Ada apakah gerangan ayah dan ibu sangat cemas? Jika mereka takut akan gunung meletus, pastinya mereka telah mengungsi sejak kemarin," pikir anak-anak mereka. Akhirnya Joko Seger dan Roro Anteng menceritakan kejadian beberapa tahun silam kepada anak-anaknya. Mendengar cerita itu, anak-anaknya sangat sedih. Karena untuk melaksanakan janji kedua orangtuanya, mereka harus kehilangan adik bungsunya. Namun, jika kedua orangtuanya tidak melaksanakan janji tersebut, Dewata pasti akan marah dapat mencelakai seluruh penduduk Tengger. Bagaikan makan buah simalakama, tidak seorang pun dari anak-anak mereka yang berani bicara. Tiba-tiba saja si bungsu Kesuma berkata, "Ayah, ibu, dan kakak-kakakku tercinta, relakan aku pergi. Semoga Dewata menerima pengorbananku." Tentu saja perkataannya membuat semua keluarga kaget dan sedih. Mereka tidak ingin kehilangan orang yang sangat mereka cintai. Tapi, janji harus ditepati demi ketenteraman rakyat Tengger. "Aku hanya berpesan kepada kalian agar mengingat kepergianku. Kirimlah hasil ladang dan ternak kalian ke kawah Bromo setiap terang bulan, tanggal 14 bulan Kasadha," ucap Kesuma. Setelah berpamitan kepada keluarganya, pergilah Kesuma ke puncak Gunung Bromo. Tidak ada rasa takut yang tampak dari wajahnya. Dengan berani, ia menceburkan diri ke dalam kawah Bromo. Setelah pengorbanan tersebut, Gunung Bromo tampak tenang. Mereka menganggap bahwa Dewata sudah tidak marah lagi. Semenjak kejadian itu, tradisi mengirim hasil ladang dan ternak ke dalam kawah Bromo masih tetap berlangsung sampai sekarang. Tradisi yang dilaksanakan tiap tahun pada bulan Jawa Asyuro Suro ini kemudian dinamakan Kasadha. Pesan moral Janji adalah utang. Oleh karena itu, jangan pernah mengucapkan janji yang tidak bisa kita tepati. CeritaAsal Usul Suku Tengger. Asal usul Suku Tengger berasal dari cerita rakyat atau legenda " Joko Seger " Dan "Rara Anteng" .Dari sebuah pertapaan, istri seorang Brahmana / Pandhita baru saja melahirkan seorang putra yang fisiknya sangat bugar dengan tangisan yang sangat keras ketika lahir, dan karenanya bayi tersebut diberi nama Jakarta - Gunung Bromo adalah salah satu gunung aktif di Jawa Timur dan merupakan bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Bromo sendiri berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu Brahma yang merupakan salah seorang Dewa Utama dalam agama Hindu. Sedangkan dalam bahasa Tengger Bromo dibaca terletak pada ketinggian meter di atas permukaan laut dengan dikelilingi oleh empat kabupaten yaitu Kabupaten Malang, Probolinggo, Pasuruan, dan Lumajang. Gunung Bromo memiliki puncak tertinggi nomor dua setelah beberapa fakta menarik mengenai Gunung Bromo 1. Proses terbentuknya Gunung BromoGunung Bromo serta lautan pasir berasal dari 2 gunung yang saling berhimpitan satu sama lain yang keduanya dinamakan Gunung Tengger 4. 000 meter dpl yang merupakan gunung tertinggi saat fenomena letusan kecil dengan materi vulkaniknya terlempar ke arah tenggara sehingga membentuk lembah yang besar dan dalam. Setelah itu, terjadi letusan yang dahsyat hingga menciptakan kaldera yang memiliki diameter lebih dari 8 lanjutan dari letusan gunung tersebut ialah memunculkan lorong magma di tengah kaldera sehingga memunculkan beberapa gunung lain, yaitu Gunung Widodaren, Gunung Watangan, Gunung Kursi, Gunung Batok dan Gunung Bromo, serta menimbulkan terjadinya lautan Upacara KasadaUpacara Kasada adalah upacara yang dilakukan oleh agama Hindu dari Suku Tengger, namun tidak dilakukan oleh agama Hindu Kasada merupakan salah satu ritual yang dilakukan untuk meminta pengampunan kepada Brahma dalam sebuah bentuk pengorbanan. Pengorbanan ini dapat berupa pakaian, uang, makanan, sayuran, buah-buahan, dan hasil Kasada dilakukan setiap hari ke-14 di bulan Kasada dalam penanggalan Memiliki salah satu spot sunrise yang favoritKetikan melakukan penanjakan, hal yang paling dicari oleh para pendaki gunung Bromo adalah dapat melihat keindahan matahari terbit yang berada di puncak sedikit para pendaki yang rela ke puncak Bromo untuk melihat keindahan ini, dan menjadikannya sebagai salah satu spot foto favorit bagi para pendaki Gunung Bromo. Para pendaki dapat memulai perjalanannya dari Cemoro Lawang di Bukit TeletubbiesBukit yang sering disebut dengan nama Bukit Teletubbies ini aslinya adalah sebuah padang rumput sabana dengan dikelilingi oleh hamparan bunga-bunga yang cukup siang hari, bukit tampak indah sekali dengan hamparan rerumputan yang hijau. Bukit ini berada di balik Gunung Bromo, sehingga para wisatawan yang ingin ke daerah ini harus mengeluarkan tenaga yang extra untuk mendapatkan pemandangan yang sangat Gunung dengan letusan yang teraturGunung Bromo memiliki keunikannya sendiri, yaitu memiliki letusan yang teratur. Letusan ini dikatakan teratur karena Gunung Bromo selalu meletus setiap 30 tahun sekali, yang dimulai dari tahun 1767, 1974, dan yang terakhir 2015. Gunung Bromo memiliki waktu erupsi yang singkat yaitu 20 menit pada tahun 2004, dan erupsi yang panjang dengan lama waktunya adalah 9 bulan pada tahun Fenomena embun esFenomena embun es ini dapat disebut dengan fenomena tahunan yang terjadi di Gunung Bromo. Embun es atau bun upas frost terjadi dibeberapa titik di Gunung Bromo yakni di Lautan Pasir, Pasir Berbisik, dan Bukit embun es ini terjadi karena penurunan suhu yang drastis dengan tekanan angin yang cukup tinggi. Biasanya embun es ini terjadi pada bulan Juni hingga Agustus. Sedangkan untuk puncaknya terdapat di awal dan pertengahan tahunnya, fenomena ini selalu dinantikan kehadirannya oleh para wisatawan. Bagi para wisatawan yang ingin melihatnya, dapat melihat embus es pada pukul WIB sampai WIB. Simak Video "Polisi Ungkap Penyebab Hilangnya Patung Ganesha di Gunung Bromo" [GambasVideo 20detik] pin/pin PendudukTengger masih ada bertalian erat dengan penduduk Majapahit. Melalui artikel The Jombang Taste ini penulis mengajak Anda menyimak asal-usul nama Tengger dan asal-mula diadakannya Upacara Kasadha yang dijalankan oleh masyarakat Tengger di sekitar Gunung Bromo, Provinsi Jawa Timur. Pada waktu pengaruh Islam mulai masuk di kerajaan Wisata Gunung Bromo Jawa Timur adalah salah satu tempat wisata di Indonesia yang menjadi favorit bagi wisatawan baik dalam negri maupun dari luar negri. Tidak hanya pemandangan matahari terbitnya saja yang menjadi daya tari utama gunung Bromo, namun ada banyak seklai tempat wisata di sekitar Bromo yang jarang di explore oleh wisatawan. Uniknya, beragam tempat wisata ini untuk mengunjunginya membutuhkan kendaraan tipe 4 wd yaitu land cruiser, hartop atau jeep toyota. Tempat – tempat wisata menarik di Bromo ini sering kali terlewatkan karena umumnya pengunjung hanya mengunjungi 4 lokasi umum saja misalnya ke Gunung Penanjakan untuk melihat sunrise, kawah bromo , padang rumput savanah da bukit teletubies. Kali ini saya akan membuatkan artikel lengkap tempat dan obyek wisata yang wajib anda kunjungi jika berlibur ke Gunung Bromo. Sayang sekali Anda sudah jauh-jauh hari memilih liburan ke Bromo namun banyak tempat wisata yang anda lewatkan. Daftar tempat wisata di Bromo yang wajib anda Singgahi 1. Penanjakan 1Penanjakan 1 adalah sebuah tempat tertinggi di kawasan Taman Nasional Bromo ,. Merupakan lokasi untuk melihat keindahan matahari terbit atau view point sunrise. Terletak di sebelah barat dari pegunungan tengger dan untuk mencapai Gunung Penanjakan 1 ini pengunjung wajib menggunakan kendaraan jeep atau hartop mengingat akses kesini cukup banyak tikungan tajam dan curam. Alternatifnya jika tidak menyewa hartop menggunakan sepeda motor namun jangan pakai kendaran matic. Selain itu untuk berangkat ke Penanjakan 1 ini harus lebih awal yaitu sekitar jam 3 dini hari,usahakan jangan sampai terlambat karena view point terbaik di Bromo ini merupakan spot yang di favoritkan pengunjung untuk melihat keindahan matahari terbit dari Bromo di bandingkan dengan Penanjakan Penanjakan 2Gunung Penanjakan 2 adalah salah satu alternatif untuk melihat keindahan matahari terbit di Bromo, Anda yang pergi ke Bromo melalui rute probolinggo bisa memilih alternatif Bukit Penanjakan 2 atau View Point Seruni untuk menyongsong matahri terbit. Walaupun lokasinya lebih rendah dari Penanjakan 1 namun pemandangan juga tidak kalah menariknya. Untuk kesini tidak membutuhkan sewah kendaraan jeep. Karena bisa mudah di akses kendaran roda 2 maupun roda 4 biasa. Pada Bulan bulan tertentu seperti september sampai bulan mei musim hujan penanjakan 2 ini meiliki pemandangan sangat indah, lokasi munculnya matahari terbit tepat di arah timur pengunjung. Namun jika sudah memasuki musim kemarau sunrise terjadi agak lambat , dan saya sarankan untuk berpindah ke spot penanjakan Padang Rumput SavanaPadang Rumput Savana Bromo,sebuah tempat yang terletak di selatan timur Gunung Bromo, terletak pada sebuah lembah hijau yang di kelilingi tebing-tebing menjulang tinggi dan beberapa punggungan gunung gunungkecil. Padang Rumput Bromo ini sangat luas yang sangat luas, jika anda datang ke Savanah anda akan merasakan seolah-olah tidak berada di Gunung sekali! karena jalur mencapai savana adalah Lautan Pasir yang gersang, namun saat memasuki padang rimput ini ini anda akan disuguhi oleh pemandangan yang meng hijau di kelilingi bukit bukut yang menambah indahnya tempat wisata ini. Terletak di lembah jemplang, akses termudah untuk kesini jika memakai kendaraan biasa atau sepeda motor adalah via Malang atau via lumajang. 4. Bukit MentigenSelain Penanjakan 1 dan penanjakan 2 di atas, alternatif ke tiga untuk spot view sunrise adaah dari bukit mentigen. Disini pengunjung cukup jalan kaki saja dari area penginapan / homestay / villa atau hotel di daerah cemara lawang probolinggo. Walaupun bikitnya tidak terlalu tinggi namun bisa menjadi alternatif terbaik kalau berangakat ke Bromo ala backpacker, tidak membawa kendaraan sendiri baik roda 4 maupun roda kakinya puntidak jauh dari cemara lawang. Lokasi tepatnya di timur hotel Lava View Bukit TeletubiesTidak lengkap rasanya jika berlibur ke Gunung Bromo tanpa mengunjungi Bukit Teletubies. Berlokasi di selatan Gunung Bromo dan satu jalur untuk menuju Padang Rumput Savana. Merupakan gunungan gunungan kecil yang sangat indah yang di tumbuhi rerumputan khas pegunungan seolah-olah membawa anda berasa masuk film teletubis. Maka tidak salah jika masanrakat suku tengger sekitar menyebutnya sebagai Bukit Teletubies. 6. Air Terjun MadakaripuraAir Terjun Madakaripura merupakan salah satu tempat wisata yang berada di kawasan gunung bromo, tepatnya di Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo, untuk mencapai tempat wisata ini bisa dilakukan dari arah probolinggo tongas ke gunung bromo, akses perjalanan sudah bagus untuk dilalui kendaraan roda 4 maupun roda 2. Dengan harga tiket masuk yang murah wisatawan bisa disuguhi pemandangan yang sangant Terjun Madakaripura memiliki ketinggian sekitar 200 meter. Tepat berada di bawah kaki Gunung Bromo tempat ini memiliki banyak pengunjung, pengujung yang datang ke tempat ini tidak hanya dari wisatawan lokal tetapi banyak juga wisatwan asing yang berkunjung ke B 29 ArgosariB 29 Argosari ini adalah salah satu spot camping di Bromo yang favorit. Destinasi wisata yang satu ini memang cukup asing bagi pengunjung Bromo. Tempat ini merupakan puncak yang paling tinggi di kawasan Wisata Gunung Bromo, lebih tinggi dari penajkan 1. Sehingga udara dingin dengan pemandangan yang sangat indah serta ditambah hamparan tumbuhan khas dari dataran tinggi membuat kawasan wisata ini sangat sayang untuk dari wisata ini berada di daerah desa Argosari, kec. Senduro kira – kira 40 Km dari kota Lumajang. Untuk menuju ke B 29 ini akses termudah adalah melalui Senduro Lumajang jalur selatan, namun anda bisa memakai jasa sewa hartop lewat pegunungan timurnya kecamatan SUkapura. Bagi yang hobi motor cross sangat cocok sekali adventure ke tempat ini, selain medan menantang khas pegunungan, tentu saja pemandangan sepanjang rute yang sangat alami akan menghiasi perjalaan Bromo Milky WayBromo milky way hanya bisa di dapatkan saat malam hari, yaitu dengan pergi ke spot-spot tertentu yang cocok untuk hunting photography gugusan bintang ini di malam hari. Jangan lupa persiapkan kamera yang bagus jika tertarik melihat bromo milky way ini. Alasan kenapa bromo milky way ini sangat menarik dan sempurna adalah karena salah satu syarat untuk mendapat milky way terbaik adalah jauh dari sorot lampu kota atau dalam keadaan gelap sempurna, tanpa awan mendung dan perhitungan yang tepat untuk berburu milky way harus memakai software stellariumBromo Milky Way baru trend sekitar tahun 2013 – 2014, sejak seorang turis asing upload di youtube keindahan milky way dari Gunung Bromo. Sejak itulah para pecinta fotography dari berbagai belahan dunia pun ikut berburu foto galaksi bima sakti dari gunung Bromo. Waktu terbaik untuk hunting bromo milky way adalah pada musim kemarau, yaitu mulai bulan mei sampai bulan september, karena langit akan sangat cerah seiring dengan musim Pasir BerbisikPasir Berbisik adalah salah satu lokasi yang berada di area lautan pasir bromo selain dari Penanjakan, Kawah Gunung Bromo dan Padang Savana, awal mula dari pasir berbisik ini adalah tempat di mana lautan pasir yang memiliki suara desisan angin yang khas saat ada terpaan angin. Dari sinilah masarakat sekitar atau wisatawan menyebut tempat ini dengan Pasir berbisik atau Lautan Pasir ini tidak dimiliki oleh gunung berapi manapun kecuali hanya satu yitu Gunung Bromo. Pemandangan yang mempesona di Gunung Bromo ini selain bisa melihat hamparan lautan pasir juga terselip pemandangan lereng-lereng kalendra sebagai pembatas lautan pasir dengan hutan gunung bromo sebagai pelengkap keindahan di mata kita. “ “Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.” ”